BEIJING (AFP) – China membalas pada Senin (20 Juli) atas komentar menteri luar negeri Inggris yang menuduh Beijing melakukan pelanggaran hak asasi manusia “berat” terhadap etnis dan agama minoritas di wilayah barat laut Xinjiang.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia dan para ahli memperkirakan bahwa lebih dari satu juta etnis Uighur dan minoritas Muslim lainnya telah ditangkap ke dalam jaringan kamp-kamp interniran, yang menurut China adalah fasilitas untuk pelatihan kerja dan untuk menjauhkan orang dari ekstremisme.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan kepada BBC pada hari Minggu bahwa “jelas bahwa ada pelanggaran hak asasi manusia yang berat dan mengerikan yang terjadi … Ini sangat, sangat meresahkan.”
Namun juru bicara kementerian luar negeri Wang Wenbin menyebut komentar itu “tidak lain hanyalah rumor dan fitnah”.
“Masalah Xinjiang bukan tentang hak asasi manusia, agama atau kelompok etnis sama sekali, tetapi tentang memerangi kekerasan, terorisme dan separatisme,” katanya Senin pada konferensi pers reguler.
Raab mengatakan laporan sterilisasi paksa dan penahanan massal di Xinjiang membutuhkan perhatian internasional, dan bahwa Inggris “tidak dapat melihat perilaku seperti itu dan tidak menyebutnya”.
Tetapi Wang mengatakan laporan sterilisasi paksa adalah “omong kosong”, dan bahwa populasi Uighur meningkat lebih dari dua kali lipat dalam empat dekade terakhir.
Warga Uighur di pengasingan bulan ini menyerukan Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag untuk menyelidiki China atas genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan, mengajukan dokumen besar yang menuduh China melakukan pelanggaran hak termasuk mensterilkan perempuan secara paksa.
Ketegangan antara London dan China telah melonjak karena sejumlah topik.