Ketegangan juga dirasakan oleh keluarga yang menunggu di rumah.
Priyamvada Basanth mengatakan dia tidak tahu kapan dia akan melihat suaminya, yang telah berada di laut selama delapan bulan di kapal milik perusahaan Hong Kong.
“Pemerintah bahkan tidak melakukan apa-apa,” kata Basanth, dari pelabuhan Kochi di India selatan. “Aku hanya ingin dia pulang.”
Lala Tolentino, yang mengelola kantor Filipina untuk kelompok pendukung pelaut yang berbasis di Inggris, mengatakan mereka telah dibanjiri oleh “ratusan” permintaan bantuan dari pekerja yang terdampar sejak Maret.
“Mereka ingin tahu apa yang akan terjadi pada mereka, ke mana mereka pergi. Apakah mereka bisa turun dari kapal mereka,” katanya kepada AFP.
Banyak dari mereka yang terjebak di kapal menyelesaikan tur mereka lebih dari empat bulan lalu dan kelelahan, kata ILO bulan lalu.
Bagi Duseja, yang berasal dari kota Dehradun di India utara di kaki bukit Himalaya, akhir dari cobaan beratnya sudah di depan mata.
“Saya masih di kapal,” katanya kepada AFP dalam pesan WhatsApp pekan lalu. “Tapi secara mental, saya merasa sedikit lebih baik karena saya telah diberitahu bahwa saya akhirnya turun dari kapal pertengahan Agustus.”